Perikanan Tuna (Panduan Penangkapan dan Penanganan)
http://awsassets.wwf.or.id/downloads/8_bmp_perikanan_tuna.pdf <---- download disini
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Ikan dengan mobilitasnya yang tinggi
akan lebih mudah dilacak disuatu area melalui teknologi ini karena ikan
cenderung berkumpul pada kondisi lingkungan tertentu seperti adanya peristiwa upwelling,
dinamika arus pusaran (eddy) dan daerah front gradient pertemuan dua
massa air yang berbeda baik itu salinitas, suhu atau klorofil-a. Pengetahuan
dasar yang dipakai dalam melakukan pengkajian adalah mencari hubungan antara
spesies ikan dan faktor lingkungan di sekelilingnya. Dari hasil analisa ini
akan diperoleh indikator oseanografi yang cocok untuk ikan tertentu. Sebagai
contoh ikan albacore tuna di laut utara Pasifik cenderung terkonsetrasi pada
kisaran suhu 18.5-21.5oC dan berassosiasi dengan tingkat klorofil-a sekitar 0.3
mg m-3 (Polovia et al., 2001; Zainuddin et al., 2004, 2006).
Selanjutnya output yang didapatkan dari indikator oseanografi yang bersesuaian
dengan distribusi dan kelimpahan ikan dipetakan dengan teknologi SIG. Data
indikator oseanografi yang cocok untuk ikan perlu diintegrasikan dengan berbagai
layer pada SIG karena ikan sangat mungkin merespon bukan hanya pada satu
parameter lingkungan saja, tapi berbagai parameter yang saling berkaitan.
Dengan kombinasi SIG, inderaja dan data lapangan akan memberikan banyak
informasi spasial misalnya dimana posisi ikan banyak tertangkap, berapa
jaraknya antara fishing base dan fishing ground yang produktif serta kapan
musim penangkapan ikan yang efektif. Tentu saja hal ini akan memberi gambaran
solusi tentang pertanyaan nelayan kapan dan dimana bias mendapatkan banyak
ikan.
B. TUJUAN
1. Tujuan dilakukannya pembuatan aplikasi SIG dalam bidang kelautan dan perikanan:
Mengetahui ikan di laut berada dan kapan bisa ditangkap
2. jumlah yang
berlimpah merupakan pertanyaan yang sangat biasa didengar.
3. Meminimalisir
usaha penangkapan dengan mencari daerah habitat ikan, disisi biaya BBM yang
besar, waktu dan tenaga nelayan
4. mengetahui
area dimana ikan bisa tertangkap dalam jumlah yang besar
C. MANFAAT
Salah satu alternatif yang
menawarkan solusi terbaik adalah mengkombinasikan kemampuan SIG dan
penginderaan jauh (inderaja) kelautan. Dengan teknologi inderaja faktor-faktor
lingkungan laut yang mempengaruhi distribusi, migrasi dan kelimpahan ikan dapat
diperoleh secara berkala, cepat dan dengan cakupan area yang luas
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
A. PENGERTIAN
SIG adalah sistem yang berbasiskan komputer yang digunakan untuk
menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografi. SIG dirancang
untuk mengumpulkan, menyimpan dan menganalisa objek-objek dan fenomena
dimana lokasi geografi merupakan karakteristik yang penting atau kritis
untuk dianalisis. Dengan demikian, SIG merupakan sistem komputer yang
memiliki empat kemampuan berikut dalam menangani data yang bereferensi
geografi: (a) masukan, (b) manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan
data), (c) analisis dan manipulasi data, (d) keluaran.
Secara prinsip tujuan umum
pemrosesan data pada teknologi SIG yaitu mempresentasikan :
1.
Input
2.
Manipulasi
3.
Pengelolaan
4.
Query
5.
Analysis
6.
Visualisasi
Perikanan adalah
kegiatan manusia yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya
hayati perairan. Sumberdaya hayati perairan tidak dibatasi secara tegas dan
pada umumnya mencakup ikan, amfibi dan berbagai avertebrata penghuni perairan
dan wilayah yang berdekatan, serta lingkungannya. Di Indonesia, menurut UU RI
no. 9/1985 dan UU RI no. 31/2004, kegiatan yang termasuk dalam perikanan
dimulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang
dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Dengan demikian, perikanan
dapat dianggap merupakan usaha agribisnis.
Umumnya, perikanan
dimaksudkan untuk kepentingan penyediaan pangan bagi manusia. Selain itu,
tujuan lain dari perikanan meliputi olahraga, rekreasi (pemancingan ikan), dan
mungkin juga untuk tujuan membuat perhiasan atau mengambil minyak ikan.
B. PENGELOLAAN
SUMBER DAYA
Pengelolaan sumberdaya ikan adalah
semua upaya termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi,
analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumberdaya
ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundang-undangan
di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang
diarahkan yang bertujuan agar sumberdaya ikan dapat dimanfaatkan secara optimal
dan mencapai kelangsungan produktivitas sumberdaya hayati perairan yang terus
menerus.
Penangkapan ikan merupakan kegiatan
yang bertujuan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan
dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan
kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, mengolah atau
mengawetkannya. Usaha perikanan yang bekerja di bidang penangkapan tercakup
dalam kegiatan perikanan tangkap (capture
fishery). penangkap ikan pada zaman kini amat bagus untuk remaja zaman
kini. yg boleh memupuk semangat kecintaanan pada memancing.
Salah satu cara untuk mempermudah kegiatan perikanan adalah
mengkombinasikan kemampuan SIG dan penginderaan jauh (inderaja) kelautan. Dengan
teknologi inderaja faktor-faktor lingkungan laut yang mempengaruhi distribusi,
migrasi dan kelimpahan ikan dapat diperoleh secara berkala, cepat dan dengan
cakupan area yang luas. Tujuan dilakukannya pembuatan aplikasi SIG dalam
bidang kelautan dan perikanan :
1.
Mengetahui ikan di laut berada dan kapan bisa
ditangkap
2.
jumlah yang berlimpah merupakan pertanyaan yang sangat
biasa didengar.
3.
Meminimalisir usaha penangkapan dengan mencari daerah
habitat ikan, disisi biaya BBM yang besar, waktu dan tenaga nelayan
4.
mengetahui area dimana ikan bisa tertangkap dalam
jumlah yang besar
C. MANFAAT
PENGGUNAAN TEKNOLOGI SIG
Pemanfaatan sumberdaya ikan laut
Indonesia di berbagai wilayah perairan masih terbuka peluang besar untuk
pengembangan pemanfaatannya. Sedangkan di beberapa wilayah perairan yang lain
sudah mencapai overfishing.
Hal tersebut dapat disebabkan karena
pengelolaan potensi sumberdaya perikanan tidak dikelola secara terpadu. Salah
satu penyebabnya adalah tidak tersedianya data dan informasi mengenai potensi
sumberdaya perikanan wilayah Indonesia. Kurangnya data dan informasi
menyebabkan potensi perikanan tidak dapat dimanfaatkan secara optimal dan
lestari.
Penggunaan teknologi SIG dapat
membantu analisis untuk memilih lokasi yang tepat berdasarkan data pengukuran
parameter fisika dan kimia perairan. Parameter ini didapatkan dari hasil
pengukuran dan pengambilan sampel air di stasiun penelitian yang telah
ditentukan secara acak. Dalam bidang perikanan, penggunaan teknik SIG untuk
pertama kalinya digunakan oleh, kini metode ini telah berkembang dan banyak
digunakan di dunia untuk menentukan lokasi kesesuaian lahan budidaya laut, di
Indonesia teknik ini telah dimanfaatkan mengeksplorasi lahan budidaya.
Sumber data untuk keperluan SIG
dapat berasal dari data citra, data lapangan, survey kelautan, peta, sosial
ekonomi, dan GPS. Selanjutnya diolah di laboratorium atau studio SIG dengan software tertentu sesuai dengan
kebutuhannya untuk menghasilkan produk berupa informasi yang berguna, bisa
berupa peta konvensional, maupun peta digital
sesuai keperluan user,
maka harus ada input kebutuhan yang diinginkan user.
D. APLIKASI
SIG
Adapun aplikasi SIG yaitu, Ikan
dengan mobilitasnya yang tinggi akan lebih mudah dilacak disuatu area melalui
teknologi ini karena ikan cenderung berkumpul pada kondisi lingkungan tertentu
seperti adanya peristiwa upwelling, dinamika arus pusaran dan daerah front
gradient pertemuan dua massa air yang berbeda baik itu salinitas, suhu atau
klorofil-a. Pengetahuan dasar yang dipakai dalam melakukan pengkajian adalah
mencari hubungan antara spesies ikan dan faktor lingkungan di sekelilingnya.
Dari hasil analisa ini akan diperoleh indikator oseanografi yang cocok untuk
ikan tertentu. Sebagai contoh ikan albacore tuna di laut utara Pasifik
cenderung terkonsetrasi pada kisaran suhu 18.5-21.5oC dan berassosiasi dengan
tingkat klorofil-a sekitar 0.3 mg m-3 (Polovia et al., 2001; Zainuddin et al.,
2004, 2006).
Selanjutnya
output yang didapatkan dari indikator oseanografi yang bersesuaian dengan
distribusi dan kelimpahan ikan dipetakan dengan teknologi SIG. Data indikator
oseanografi yang cocok untuk ikan perlu diintegrasikan dengan berbagai layer
pada SIG karena ikan sangat mungkin merespon bukan hanya pada satu parameter
lingkungan saja, tapi berbagai parameter yang saling berkaitan. Dengan
kombinasi SIG, inderaja dan data lapangan akan memberikan banyak informasi
spasial misalnya dimana posisi ikan banyak tertangkap, berapa jaraknya antara
fishing base dan fishing ground yang produktif serta kapan musim penangkapan
ikan yang efektif. Tentu saja hal ini akan memberi gambaran solusi tentang
pertanyaan nelayan kapan dan dimana bisa mendapatkan banyak ikan.
Aplikasi SIG berlajan sangat lamban
berkembang di sektor perikanan dan kelautan, hal ini disebabkan kompleksitas
proses yang terjadi di laut ditunjukkan komponen yang harus
diperhatikan ketika menerapkan SIG dalam sektor perikanan dan kelautan.
Gambar : Komponen yang bekerja dalam aplikasi SIG
untuk
perikanan dan kelautan
E. TUJUAN
APLIKASI SIG
Tujuan dilakukannya pembuatan
aplikasi SIG dalam bidang kelautan dan perikanan yaitu, untuk mengetahui ikan
di laut berada dan kapan bisa ditangkap jumlah yang berlimpah merupakan
pertanyaan yang sangat biasa didengar. Meminimalisir usaha penangkapan dengan
mencari daerah habitat ikan, disisi biaya BBM yang besar, waktu dan tenaga
nelayan mengetahui area dimana ikan bisa tertangkap dalam jumlah yang besar.
Disini terlihat bahwa dua database
(satelit dan perikanan) dikombinasikan dalam mengembangkan spasial analysis
daerah penangkapan ikan tuna. Pada prinsipnya ada 4 layer/lapisan data yang
diintegrasikan yaitu suhu permukaan laut (SST) (NOAA/AVHRR), tingkat
konsentrasi klorofil (SeaWiFS), perbedaan tinggi permukaan air laut (SSHA) dan
eddy kinetik energi (EKE) (AVISO). Parameter pertama (SST) dipakai karena
berhubungan dengan kesesuaian kondisi fisiologi ikan dan thermoregulasi untuk
ikan tuna; sedangkan parameter yang kedua karena dapat menjelaskan tingkat
produktifitas perairan yang berhubungan dengan kelimpahan makanan ikan;
sementara parameter yang ketiga berhubungan dengan kondisi sirkulasi air daerah
yang subur seperti eddy dan upwelling ; dan parameter terakhir berhubungan
dengan indeks untuk melihat daerah subur dan kekuatan arus yang mungkin mempengaruhi
distribusi ikan. Data penangkapan ikan tuna (lingkaran putih pada peta yang
ditunjukkan dengan tanda panah) diplot pada peta lingkungan yang dibangkitkan
dari citra satelit. Sedangkan panel atau layer yang paling atas menunjukkan
peta prediksi hasil tangkapan.
F. CONTOH
DAN KEUNTUNGAN APLIKASI SIG
Contoh aplikasi SIG di selatan pulu
Hokkaido dapat dilihat pada berbagai informasi spasial yang bisa kita pahami
tentang perikanan tangkap di sekitar pulau tersebut, khususnya perikanan
cumi-cumi. Peta SIG menggambarkan dimana posisi pelabuhan perikanan (fishing
port), jarak antara fishing ground (daerah penangkapan) dan pelabuhan,
distribusi hasil tangkapan, jumlah kapal yang tersedia. Dari informasi ini
dapat dilihat bahwa distribusi musiman daerah penangkapan, hasil tangkapan dan
jumlah kapal penangkap akan menghasilkan informasi tentang jalur migrasi
spesies cumi-cumi tersebut yaitu cenderung ke utara pada bulan Juni dan kembali
ke selatan pada bulan November.
Keuntungan yang diperoleh dari ketersediaan sistem informasi perikanan
Indonesia dapat dilihat dari 3 (tiga) sisi yaitu sebagai pemberi data, sebagai
pengambil keputusan, dan sebagai pengguna informasi. Dari sisi pemberi data
keuntungan diperoleh dengan adanya pemanfaatan data yang lebih optimal dan peluang
menjual informasi dengan dimensi lebih luas. Sisi pengambil keputusan
memperoleh manfaat di dalam peningkatan pelayanan, pengambilan keputusan yang
lebih cepat dan tepat, maupun kebijakan-kebijakan yang akan lebih efektif dan efisien. Sedangkan dari sisi pengguna
informasi nilai tambah ada pada berkurangnya risiko atas tindakan yang tidak
tepat, meningkatnya daya saing, dan meningkatnya keuntungan.
Di
bawah ini disajikan salah satu contoh aplikasi penggunaan SIG dan inderaja pada penangkapan ikan tuna di
laut utara Pasific (Gambar 1). Disini terlihat bahwa dua database
(satelit dan perikanan tuna) dikombinasikan dalam mengembangkan spasial
analysis daerah penangkapan ikan tuna. Pada prinsipnya ada 4 layer/lapisan data
yang diintegrasikan yaitu suhu permukaan laut (SST) (NOAA/AVHRR), tingkat
konsentrasi klorofil (SeaWiFS), perbedaan tinggi permukaan air laut (SSHA) dan
eddy kinetik energi (EKE) (AVISO). Parameter pertama (SST) dipakai karena
berhubungan dengan kesesuaian kondisi fisiologi ikan dan thermoregulasi untuk
ikan tuna; sedangkan parameter yang kedua karena dapat menjelaskan tingkat
produktifitas perairan yang berhubungan dengan kelimpahan makanan ikan;
sementara parameter yang ketiga berhubungan dengan kondisi sirkulasi air daerah
yang subur seperti eddy dan upwelling ; dan parameter terakhir berhubungan
dengan indeks untuk melihat daerah subur dan kekuatan arus yang mungkin
mempengaruhi distribusi ikan. Data penangkapan ikan tuna (lingkaran putih pada
peta yang ditunjukkan dengan tanda panah) diplot pada peta lingkungan yang
dibangkitkan dari citra satelit. Sedangkan panel atau layer yang paling atas
menunjukkan peta prediksi hasil tangkapan.
Gambar 1 memberi
informasi bahwa ikan tuna tertangkap dalam jumlah yang besar (terkonsentrasi)
pada posisi sekitar 35oLU dan 160oBT bersesuaian dengan kondisi SST sekitar
20oC dan berassosiasi dengan tingkat klorofil-a sekitar 0.3 mg m-3. Konsentrasi
ikan tersebut berada pada posisi positif anomaly permukaan laut (warna merah)
yang bertepatan dengan kondisi EKE yang relatif lebih tinggi. Dari Gambar itu
terlihat bahwa prediksi hasil tangkapan dengan peluang yang tinggi (dikenal
dengan istilah habitat hotspot) juga menkonfirmasi daerah produktif tersebut.
Setiap spesies ikan mempunyai karakteristik oseanografi kesukaannya sendiri dan
cenderung menempati daerah tertentu yang bisa dipelajari. Hal ini dapat
diketahui dengan pendekatan SIG dan inderaja multi-layer tersebut.
G. PENGELOMPOKAN
APLIKASI SIG
Aplikasi SIG untuk perikanan dan
kelautan mulai pertengahan 87 dan dapat dikelompokkan untuk tujuan:
1.
Site selection atau pilihan
untuk budidaya laut.
Hal
ini merupakan awal untuk menggunakan GIS dalam bidang perikanan. Hal ini
umumnya dilakukan di ruang skala kecil, namun sebenarnya dapat digunakan dalam
skala besar. Pemilihan lokasi ini menjadi penting karena semakin banyaknya
hambatan yang dihadapi dalam budidaya laut dan payau, misalnya masalah penyakit
ikan secara massal di beberapa negara seperti Thailand,Sri Lanka, Indonesia dan
banyak penyakit wabah lainnya yang dapat menyebabkan masalah dalam perikanan
budidaya.
2.
Aplikasi SIG untuk
menganalisis lokasi yang cocok untuk
distribusi ikan berdasarkan parameter lingkungan.
Berdasarkan
parameter-parameter lingkungan seperti suhu perairan,kesuburan perairan dan
fenomena/proses yang terjadi seperti upwelling,thermal fronts).
3.
Modelling pergerakan dan
aktivitas ikan.
Aplikasi numerik ke
model SIG untuk mensimulasikan atau memeramalkan berbagai proses.
4.
Analisa dan usaha perikanan
tangkap.
Manajer
Perikanan akan tertarik dimana usaha perikanan terkonsentrasi; dimana jumlah
ikan yang tertangkap banyak; apa hubungan antara menangkap dan usaha, dll, dan
banyak hal menarik yang berhubungan dengan usaha perikanan tangkap dapat
dianalisis dengan SIG. Statistik keluaran dapat diperoleh dari berbagai GIS
program. Jelas menangkap dapat dijelaskan dalam kaitannya dengan berbagai
lingkungan parameter, atau dalam hal siklus hidup ikan.
5.
Membangun database perikanan
Regional dan Nasional.
Walaupun
tidak secara langsung dengan GIS aplikasi untuk manajemen perikanan dalam
dilakukan, jelas bahwa tanpa masukan data besar maka aplikasi GIS untuk
perikanan dan kelautan tidak dapat berfungsi. Maka di beberapa daerah utama
perikanan yang besar upaya membangun data database, metadata set telah
dilakukan.
BAB
III
KESIMPULAN
Pemanfaatan sumberdaya ikan laut
Indonesia di berbagai wilayah perairan masih terbuka peluang besar untuk
pengembangan pemanfaatannya. Sedangkan di beberapa wilayah perairan yang lain
sudah mencapai overfishing.
Salah satu cara untuk mengembangkan
kegiatan perikanan adalah mengkombinasikan kemampuan SIG dan penginderaan jauh
(inderaja) kelautan. Dengan teknologi inderaja faktor-faktor lingkungan laut
yang mempengaruhi distribusi, migrasi dan kelimpahan ikan dapat diperoleh secara berkala, cepat dan
dengan cakupan area yang luas.
Tujuan dilakukannya pembuatan
aplikasi SIG dalam bidang kelautan dan perikanan yaitu, untuk mengetahui ikan
di laut berada dan kapan bisa ditangkap jumlah yang berlimpah merupakan
pertanyaan yang sangat biasa didengar. Meminimalisir usaha penangkapan dengan
mencari daerah habitat ikan, disisi biaya BBM yang besar, waktu dan tenaga
nelayan mengetahui area dimana ikan bisa tertangkap dalam jumlah yang besar.
Dengan demikian, inderaja SIG dan
data lapangan akan memberikan banyak informasi spasial misalnya dimana posisi
ikan banyak tertangkap, berapa jaraknya antara fishing base dan fishing ground
yang produktif serta kapan musim penangkapan ikan yang efektif. Tentu saja hal
ini akan memberi gambaran solusi tentang pertanyaan nelayan kapan dan dimana
bisa mendapatkan banyak ikan.
Sumber : Makalah Krisnha Permana Putra ,2014 . Sekolah Tinggi Perikanan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar